Tanggapan saya terhadap ruang rapat banggar


Ruang Rapat Banggar Habiskan Rp 20 Miliar
Sandro Gatra | Inggried Dwi Wedhaswary | Rabu, 11 Januari 2012 | 11:23 WIB
http://stat.k.kidsklik.com/data/2k10/kompascom2011/images/icon_dibaca.gif
Dibaca: 6026
http://stat.k.kidsklik.com/data/2k10/kompascom2011/images/icon_komentar.gif
|
http://assets.kompas.com/data/2k10/kompascom2011/images/ico_email001.gif
http://assets.kompas.com/data/2k10/kompascom2011/images/icon_twit_a.jpg
http://assets.kompas.com/data/2k10/kompascom2011/images/icon_fb_a.jpg
Share:
http://assets.kompas.com/data/photo/2011/08/26/0820572620X310.JPGKOMPAS IMAGES/DHONI SETIAWANGedung DPR RI di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, tampak dari udara.
TERKAIT:
·         MPR: DPR Jangan Bangun Apa Pun
JAKARTA, KOMPAS.com — Belum lagi reda kritik publik terhadap renovasi toilet di Gedung DPR yang "memakan" anggaran negara sebesar Rp 2 miliar, DPR juga membangun ruang rapat baru bagi Badan Anggaran (Banggar). Dananya terbilang sangat besar, mencapai Rp 20,3 miliar. Besaran anggaran ini dinilai tak masuk akal. 

"Rasionalitas realisasi anggarannya di luar jangkauan rasionalitas orang-orang sehat," kata Uchok Sky Khadafi, Koordinator Investigasi dan Advokasi FITRA, kepada
 Kompas.com, Rabu (11/1/2012).
Uchok mengatakan, besarnya angka itu berdasarkan surat pengumuman lelang Nomor 523111 /MUM_U/ BANGGAR/03/GP/ 2011. Ruang rapat Banggar dipindahkan dari Gedung Nusantara I ke Gedung Nusantara II atau di sebelah ruang Komisi III.
Saat ini, pembangunan itu sudah hampir rampung. Namun, wartawan dilarang melihat ke dalam ruangan.
Uchok menilai, pembangunan itu hanya pemborosan uang rakyat. Pasalnya, kata dia, Banggar lebih banyak menggelar rapat di hotel mewah atau di Wisma DPR, Cikopo, Bogor. Selain itu, ruang rapat di Nusantara I masih sangat layak dipakai rapat.
"Seharusnya orang-orang Banggar yang mewakili rakyat lebih mengutamakan kesederhanaan dalam menata ruang rapat mereka, bukan dengan selera kemewahan agar publik tidak semakin membenci DPR. Pada tahun 2012, Banggar seharusnya tidak mengutamakan pembangunan ruang rapat, tetapi lebih memperjuangkan kebijakan anggaran pro-rakyat," katanya.
Ketua DPR Marzuki Alie ketika dikonfirmasi tak mau mengomentari pembangunan ruang rapat dengan dana besar itu. Alasannya, hal itu adalah kewenangan Sekretariat Jenderal DPR.

"Setjen yang harus menjelaskan. Kita enggak
 ngerti apa-apa," kata Marzuki sambil terus berjalan ke ruang kerjanya.
Sumber : Kompas.com

Saya sangat setuju dengan pernyataan yang di ucapkan oleh Bpk Uchok Sky Khadafi. Karna menurut saya dana untuk membangun ruang rapat baru bagi Badan Anggaran (Banggar) yang mencapai Rp. 20,3 miliar ini serasa sangat berlebihan. Dana yang sebegitu besarnya terlalu tidak masuk akal bagi saya karna seharusnya dana untuk membangun ruang rapat baru bagi Badan Anggaran (Banggar) tidaklah sebegitu besar.  Di tambah dengan kutipan dalam sebuah acara di ICW, kalibata, jakarta, minggu 16 januari 2012, Ronald Rofiandri, menuduh DPR dipenuhi oleh proyek-proyek siluman. Apalagi, menurutnya, Sekretariat Jendral DPR bersikap tertutup dan tidak transparan. Mulai pemberitahuan prosedur lelang sampai dengan pemenang proyek, kata dia, tidak seluruhnya disampaikan ke publik secara utuh. 
“Berdasarkan fakta di atas, sejumlah organisasi nonpemerintah yang tergabung dalam koalisi anti Mafia Anggaran yang menfokuskan diri mengawasi kinerja DPR dan penganggaran DPR, akan mendesak BPK untuk segera mengaudit seluruh proyek siluman di DPR,” kata Ronald.
Mereka juga mendesak KPK untuk mengusut dugaan korupsi dana di seluruh proyek DPR, dan meminta Badan urusan Rumah Tangga dan Sekjen DPR untuk menghentikan sementara waktu semua proyek di DPR. “BURT dan Sekjen DPR harus memperbaiki setiap aktivitas penganggaran dan menyediakan laporan pertanggung jawaban publik,”ujarnya.



 Dan merupakan suatu hal yang aneh menurut saya ketika saya membaca kutipakan dari viva news.com yang menjelaskan bahwa ketua DPR Marzuki Alie sendiri mengaku tak tahu renovasi ruang Badan Anggaran menelan dana Rp20 miliar.
Ketua Badan Kehormatan (BK) M Prakosa mengatakan, ada dua solusi yang dapat dilakukan sebagai bentuk penyelesaian ruang banggar.
Solusi pertama kata Prakosa, terkait hukum. Dia mengatakan, BK mendorong aparat penegak hukum, khususnya KPK untuk menindaklanjuti laporan ketua DPR Januari lalu terkait indikasi adanya dugaan mark up dalam renovasi ruang Banggar.
"Solusi kedua terkait etika. BK menawarkan alternatif penyelesaian dan juga mediasi agar ada pengurangan biaya yang signifikan kepada pihak Setjen dan kontraktor. Inisiatif ini untuk menjaga citra, martabat, dan kehormatan, serta kredibilitas DPR," ujar Prakosa di Jakarta, Selasa (7/2). 

Oleh karena itu menurut saya, DPR telah melakukan pemborosan dengan tidak mengoptimalkan dan mengefisiensikan setiap alokasi anggaran. Dan seharusnya uang senilai RP. 20,3 miliar untuk membangun satu ruang rapat di DPR sebenarnya mampu untuk membuat 174 MCK (Mandi Cuci Kakus) di berbagai desa miskin. Yang pastinya akan jauh lebih bermanfaat. Atau dapat juga dialokasikan untuk anggaran perbaikan sekolah di seluruh indonesia.

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Tanggapan saya terhadap ruang rapat banggar"

Posting Komentar